Kementrian Keuangan Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,3 Persen

pertumbuhan ekonomi
Seorang ibu sedang berbelanja di pasar. Kemenkeu optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tembus 5,3 persen. (suara.com)

Jambi Seru – Berbagai krisis pasca pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi saat ini, serta ketidakstabilan politik global, dirasa Kementrian Keuangan Indonesia akan bisa dilalui oleh Indonesia. Ekonomi Indonesia akan mampu bertahan. Kementrian Keunganan optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,3 persen di tengah masalah itu semua.

“Ketahanan ekonomi Indonesia ini saya rasa masih sangat kuat. Kuartal II-2022 kemarin kita tumbuh dengan 5,4 persen dan tahun 2022 ini kami yakin di atas 5 persen mungkin sekitar 5,2 persen,” kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Webinar 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja di Jakarta, Senin (17/10/2022).

Suahasil juga menyebutkan, salah satu bukti ekonomi Indonesia kuat adalah dengan ditunjukkannya pertumbuhan ekonomi yang masih diatas 5 persen. Ini terjadi pada kuartal I dan II lalu. Padahal di sejumlah negara, justru pertumbuhan ekonominya tertekan akibat adanya perang Ukraina dan Rusia, ditambahkan lagi pandemi Covid-19.

Bacaan Lainnya

Mengutip dari laman suara.com (media partner jambiseru.com) dari artikel yang berjudul Wamenkeu Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,3 Persen Meski Tertekan Kenaikan Suku Bunga, Wamenkeu itu juga optimis, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sesuai target 5,2 persen pada tahun ini dengan inflasi yang juga relatif masih terjaga hingga kini sebesar 5,95 persen di tengah kenaikan harga BBM.

“Kalau bahasa kami ketika kita melihat perekonomian Indonesia ke depan adalah optimis dan waspada,” ujarnya.

Ia menjelaskan, secara umum perekonomian Indonesia ke depan akan optimis karena selama 2,5 tahun pemerintah terbukti bisa menangani pandemi sekaligus menjaga kegiatan ekonomi.

Meski optimis, ia menegaskan Indonesia tetap waspada mengingat ternyata yang terjadi selama 2,5 tahun pandemi ini meninggalkan scarring effect terhadap perekonomian dari sisi suplai.

Sektor produksi belum bisa langsung cepat merespons permintaan sehingga terjadi inflasi yang pada akhirnya harus disikapi oleh otoritas moneter secara cepat.

Terlebih lagi, inflasi yang disebabkan perbaikan dalam konteks pandemi itu kemudian bertambah lagi dengan inflasi yang muncul karena perang Rusia dan Ukraina.

“Kemudian beberapa komoditas sangat naik hingga menciptakan volatilitas yang sangat tinggi,” kata dia, dikutip dari Antara.

Harga minyak, batu bara, pangan, jagung, kedelai, crude palm oil (CPO) dan berbagai macam komoditas lain naik dan turun dengan sangat cepat akibatnya inflasi di berbagai negara meningkat.

APBN yang selama 2,5 tahun pandemi COVID-19 menjadi shock absorber pun saat ini memerlukan dukungan dari otoritas moneter untuk menaikkan suku bunga acuannya mengingat kenaikan inflasi yang harus ditahan.

Suahasil mengatakan walaupun kenaikan suku bunga ini akan berimbas ke perekonomian namun Indonesia optimis tahun depan masih mampu tumbuh di sekitar level 5,3 persen.

“Kami expect di 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di sekitar angka 5,3 persen,” pungkasnya. (tra)

Pos terkait